Resensi Novel: BULAN (BUMI #2) – Tere Liye

Judul                     : BULAN (Serial ke-2 BUMI)

Penulis                 : Tere Liye

Penerbit              : PT Gramedia Pustaka Utama

Halaman             : 440 hal.

31340552

Namanya Seli, usianya 15 tahun, kelas sepuluh, dan dia salah satu teman baikku. Dia sama seperti remaja yang lain. Menyukai hal yang sama, mendengarkan lagu-lagu yang sama, pergi ke gerai fast food, menonton serial drama, film, dan hal-hal yang disukai remaja.

Tetapi ada sebuah rahasia kecil Seli dan aku yang tidak pernah diketahui siapa pun. Sesuatu yang kami simpan sendiri sejak kecil. Aku bisa menghilang dan Seli bisa mengeluarkan petir.

Dengan kekuatan itu, kami bertualang menuju tempat-tempat yang menakjubkan.

 

 

Blurb yang disajikan mampu menggoda dan menggelitik tangan kita untuk meraih si Buku. Ditambah cover cantik yang serasi dengan serial pertamanya, cover-nya bukan cuman cantik tapi juga mendeskripsikan secara singkat isi buku yang bakal kita baca. Keren, kan?

Kalau saya bilang alur pada serial pertama agak lambat, beda dengan buku kedua ini. Saya suka. Ditambah lagi hadirnya sosok-sosok baru yang keren, salah satunya anaknya Ilo yaitu Ily. Dia banyak membantu petualangan Ra, Seli, dan Ali.

Petulangan mereka diawali oleh kembalinya Miss Selena—mungkin bukan yang itu, tapi, waktu mereka datang di Klan Matahari, tanah leluhur Seli, tiba-tiba mereka dijadikan kontestan sebuah festival. Mereka baru saja datang dan tidak tahu-menahu tetang kompetisi itu. Tapi apa boleh buat, sesuatu mendesak mereka. Kompetisi itulah yang mebawa mereka bertemu orang-orang hebat dan tidak ramah (yang ini menurut Ali).

Petulangan mereka bukan sekadar kompetisi, bukan sekadar mencari bunga matahari yang pertama mekar dengan rintangan yang menstimulus hormon adrenalin, tapi di sana mereka belajar tentang ketulusan dan mendengarkan alam, khusunya Raib. Pun, bukan hanya lebih depan dari musuh tapi lebih baik dari pada musuh.

Saya kira, sosok Seli bakal mendominasi di sini, karena mereka pergi ke tanah leluhur Seli. Tapi tidak, masih Raib. Raib mungkin memang tokoh utama di serial ini, tapi saya rasa Ra ini sangat-sangat menonjol di banding yang lain dan di beri sedikit sekali celah kelemahan. Apa-apa Raib, apa-apa Raib lagi. Oke, sepertinya cuman unpopular opinion. Dan tokoh yang paling nyata bagi saya adalah Seli. Bagaimana dia merasa takut dan putus asa. Tapi, ya, BULAN sedikitnya mulai menekankan polah atau perilaku mereka, salah satunya Ali si Menyebalkan yang sering protes dan bodoamatan.

Ending-nya membuat cerita jadi nyata, tidak monoton. Saya suka. Bang Tere memilih ending yang tepat meski (—spoiler—). Pun, ending-nya sungguh membuat pembaca tergoda untuk segera melanjutkan ke serial berikutnya. Dan membuat saya menyesal, kenapa waktu itu tidak langsung beli tiga serialnya?

Rating: 4/5

Leave a comment