Resensi Novel: Matahari (BUMI #3) – Tere Liye

Judul                     : MATAHARI (Serial ke-3 BUMI)

Penulis                 : Tere Liye

Penerbit              : PT Gramedia Pustaka Utama

Halaman             : 400 hal.

sinopsis-novel-matahari-karya-tere-liye

Namanya Ali, 15 tahun, kelas sepuluh. Jika saja orangtuanya mengizinkan, seharusnya dia sudah duduk di tingkat akhir ilmu fisika program doktor di universitas ternama. Ali tidak menyukai sekolahnya, guru-gurunya, teman-teman sekelasnya. Semua membosankan baginya.

Tapi sejak dia mengetahui ada yang aneh pada diriku dan Seli, teman sekelasnya, hidupnya yang membosankan berubah seru. Aku bisa menghilang, dan Seli bisa mengeluarkan petir.

Ali sendiri punya rahasia kecil. Dia bisa berubah menjadi beruang raksasa. Kami bertiga kemudian bertualang ke tempat-tempat menakjubkan.

Namanya Ali. Dia tahu sejak dulu dunia ini tidak sesederhana yang dilihat orang. Dan di atas segalanya, dia akhirnya tahu persahabatan adalah hal yang paling utama.

Bintang Sekolah

Nggak ada yang pernah menyangka bahwa cowok dengan rambut berantakan dan wajah kusam itu bakal jadi bintang sekolah. Dulu, berjalan di antara kerumunan saja diabaikan (malah mungkin sekelebat bayangan tentang si Tukang Cari Masalah lewat), tapi lihatlah sekarang, banyak murid perempuan ingin ber-selfie dengan Ali atau malah minta tanda tangan? Raib sungguh tidak mengerti.

Bertulangan ke Klan Bintang

Berbekal rasa keingintahuan yang tinggi, Ali mengusung ide bertamasya ke Klan Bintang. Sudah pasti Raib dan Seli menolaknya mentah-mentah. Tapi bukan Ali namanya kalau menyerah begitu saja.

Dengan pengetahuannya, si genius Ali berhasil membawa kawan-kawannya ke Klan Bintang, yang konon katanya punya teknologi paling mutakhir. Klan ini cinta kesimetrisan, keseimbangan. Bangunan-bangunan di kota penuh bentuk kubus, bahkan tata kota mereka simetris empat sisi. Tapi mereka tidak tahu apa yang bakal mereka hadapi atau tentang kebencian Sekretariat Dewan Kota pada pemilik kekuatan.

Bertarung Tanpa Bantuan

Di serial sebelumnya, tokoh pembantu berperan penting dalam pemecahan masalah. Tapi di Matahari, meski ada tokoh yang membantu, mereka memecahkan masalah sendiri, tanpa bantuan. Pada situasi terdesak, seperti biasa, Ali mengerahkan otaknya untuk berpikir lalu Raib dan Seli mengikuti instruksinya. Tapi semuanya tidaklah mudah. Teknologi mereka lebih canggih dari klan yang lain, bahkan trik dan gerakan teleportasi Raib bisa dibaca mereka.

Menghadapi musuh mereka (yang lagi-lagi terobsesi pada kekuasaan) lebih ‘gila’. Semua yang berperan dalam keamaan dikerahkan. Ra, Seli, dan Ali nyaris putus asa, berkali-kali tumbang, namun tetap bangkit, namun tumbang lagi.

Bukti Kesetiaan

Ada suatu waktu, di mana Raib dan kawan-kawannya ada di titik terendah, Raib menemukan fakta yang dapat membebaskannya dari belenggu. Tapi ada masalah lain di depannya: ia hanya bisa membebaskan dirinya sendiri. Raib sontak menolak waktu Ali menyuruhnya pergi. Memikirkan kawannya di ruang yang tidak pantas dan Seli yang kekuatannya ditahan saja sudah cukup membuatnya mengucurkan air mata, apa lagi meninggalkannya?

Pengembangan Karakter

Seli paling banyak berkembang di Matahari. Banyak kekuatan besar yang tak terduga, kekuatan baru yang berperan penting dalam petualangan mereka. Meski emosionalnya masih sama, mudah takut dan cemas. Tapi itu tidak urung membuatnya lemah dan membiarkan kawannya berkerja keras. Ia bisa berkerja lebih keras.

Ali. Kejeniusannya lebih diungkap, juga ‘rahasia-rahasia besarnya’, membuat kita mencipta huruf O. Keisengan dan tingkahnya yang sulit ditebak pun bisa membuat gelak tawa di sela-sela adegan serius. Ya, Ali tetaplah Ali meski jadi bintang sekolah.

Raib. Jangan ditanya lagi. Di tiap serial karakternya terus berkembang pesat, yang menurut saya membuat karakternya jauh dari kata realistis. Tapi, dia bisa jadi role model yang baik buat pembaca.

Tambahan: Adegan Favorit

“Apa yang mereka lakukan pada ILY, kenapa kapsul kita tidak berfungsi?” Seli kembali berbisik, kali ini bertanya kepada Ali.

“EMP,” Ali menjawab pendek.

“EMP? Eh, bukannya EGP?” Seli berkata polos.

Ali menatap tidak percaya wajah naif Seli. “EMP, Seli! Electro-magnetic pulse.”

*) EGP singkatan dari Emang Gue Pikirin, pernah ramai di kalangan remaja.

PS: Nantikan Bintang di pertengahan tahun ini!

Kalya Ann

10/02/17

Leave a comment